Powered By Blogger

Sabtu, 07 Desember 2013

Masa Laloe





"...Dulu ku tak tahu Tuhan
Berat ku rasakan
Hati menderita
Dan ku tak berdaya
Mengahadapi semua..."

Lagu yg sangat indah sekali sebagai pengantar tidurku., Lirik lagu diatas mengingatkanku kembali kemasa lalu saat kelas 4 SD hingga Kuliah. Saat itu aku sempat bertanya dalam hati, Kok Tuhan tega ya sama aku., kok Tuhan gak adil ya...???. Dia biarkan aku kerja banting tulang begini, sedangkan aku melihat teman - temanku kok pada enak banget gak perlu capek - capek kayak aku tapi mereka punya uang terus. Sedangkan aku harus pontang panting banting tulang ngebuang jauh-jauh rasa malu dan gengsi demi nyari duit utk biaya sekolah/kuliah. Sampai aku diketawain orang orang bahkan pernah suatu waktu orang - orang pd jijik hingga ngeludah saat aku lewat depan mereka sambil mendorong gerobak yg berisi usus ayam utk makanan ternakku. Aku masih ingat juga saat SMP sekitar tahun 1994, untuk mencari uang transport sekolah aku rela jadi tukang cabut bulu ayam, aku kerja mulai jam 10 malam sampai jam 6 pagi, aku ingat saat itu pas semifinal piala dunia di Amerika. Dengan bekerja sebagai pencabut bulu ayam, saat itu aku hanya dikasih imbalan Rp 1000,-. Rasanya seneeng bgt karena bisa aku pakai utk biaya angkot kesekolah selama 5 hari. Masa kuliah juga adalah masa yang berkesan, dikampus aku biasa jual telur ayam ke teman-temanku. Aku masih ingat saat ada salah seorang temanku complaint karena telur ayam yang aku jual kurang bagus, yaah terpaksa aku ganti. Terkadang juga aku membuat telur asin, dan telur itu aku jual ke tetanggaku dan hasilnya aku pakai untuk ongkos angkot ke kampus.Aku juga masih ingat saat aku selesai wisuda aku memanggil teman teman dikampus untuk buat acara perpisahan, saat itu sore hari dan kami semua kumpul didalam rumah tak berapa lama terdengar suara berisik dari samping rumah.Mereka semua pada heran dan penasaran akan sura itu, aku hanya bisa tersenyum. Lalu aku buka pintu samping rumah dan mengajak semua temanku ke tempat sumber suara itu dan alangkah terkejutnya mereka saat mengetahui sumber suara itu berasal dari babi babiku dikandang. Lalu aku bilang ke mereka, "Inilah yg membuat aku bisa menjadi seorang sarjana., tanpa ini mungkin aku hanya sampai SMA". Mereka takjub dan geleng geleng kepala.

"...Tidak ada emas murni yang didapat tanpa melalui api yang panas..!!!., Prosesnya mungkin gak menyenangkan bahkan menyakitkan, tapi hasil dari proses itu selalu indah.."

Indah rencanaMu Tuhan
Didalam hidupku
Walau ku tak tahu
Dan ku tak mengerti
Semua jalanMu

Dulu ku tak tahu Tuhan
Berat ku rasakan
Hati menderita
Dan ku tak berdaya
Mengahadapi semua

Reff :

Tapi ku mengerti sekarang
Kau tolong padaku
Kini ku melihat dan ku merasakan
Indah rencanaMu

Tapi ku mengerti sekarang
Kau tolong padaku
Kini ku melihat dan ku merasakan
Indah rencanaMu



Regards,

Hansen Ruba' Balik S.T.
My Kost "Kp 200". West Bekasi West Java
Dec 08. 2K13

Masalah Hidup : Pahitnya Hidup

Ada seorang tua bijak didatangi seorang pemuda yang sedang menghadapi masalah.

Tanpa membuang waktu pemuda itu langsung menceritakan semua masalahnya.

Pak tua bijak hanya mendengar dengan seksama, lalu ia mengambil segenggam serbuk pahit dan meminta anak muda itu mengambil segelas air.

Ditaburkanlah serbuk pahit itu ke dlm gelas dan diaduk perlahan, ”Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya?” Ujar pak tua

“Pahit sekali.....” Jawab pemuda itu

Pak tua itu tersenyum, mengajak pemuda itu untuk berjalan ke tepi danau di belakang rumahnya.





Mereka berjalan berdampingan & akhirnya sampailah mereka berdua ke tepi danau yang tenang itu. Sesampai disana, pak tua itu kembali menaburkan serbuk pahit ke danau itu dan dengan sepotong kayu ia mengaduknya,

“Coba ambil air dari danau itu dan minumlah”

Saat si pemuda mereguk air itu, pak tua bertanya lagi, “Bagaimana rasanya...?”

“Segar....” sahut si pemuda....

" Apakah kamu merasakan pahit di dalam air itu?" Tanya pak tua itu

" Tidak...." Sahut pemuda itu.


Pak tua itu tertawa sambil berkata "Anak muda..." Dengarkan baik-baik, pahitnya kehidupan sama seperti segenggam serbuk pahit ini, tak lebih tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnya pun sama dan memang akan tetap sama.

Tapi "INGAT.." kepahitan yang kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki.

*Jadi saat kita merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu yang kita dapat lakukan:

“Luaskan dan perbesar kapasitas hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu” Hati kita adalah wadah itu.

Jangan jadikan hati kita seperti gelas, tetapi buatlah hati kita seperti danau yang besar dan mampu menampung setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kedamaian

Semoga bermanfaat



My Kost "Kp 200" Margajaya West Bekasi West Java
Regards,


Hansen Ruba' Balik
Dec, 08. 2K13.