Cerita cocoknya utk cowok atau cewek yg sedang mencari pasangan hidup
Si Kaya VS Si Miskin
“Cari suami tuh yang kaya aja biar gampang idup lo!”
Pernah dibilangin begini nggak sama temen kita? Walau nadanya bercanda, ayo ngaku deh… ada sedikit kebenaran di dalam kalimat itu yang membuat kita agak berharap ketemu lelaki kaya yang pandai namun rendah hati dan siap menjadikan kita istri ‘kan? Udah ngaku aja, nggak ada siapa-siapa kok di sini, cuma saya doang.
Saya juga pernah berkhayal begitu. Bukan Anda aja. Apalagi nih, sejak kecil kaum perempuan itu sudah ‘terdoktrin’ oleh cerita-cerita serupa Cinderella. Itu lho, gadis miskin yang tiba-tiba jadi puteri karena menikah dengan pangeran. Lupa? Cinderella adalah si upik abu, yang disiksa ibu tiri yang kejam dan kedua saudara tirinya, lalu pada suatu malam bertemu ibu peri dan pergi ke pesta dansa di istana. Terus kenalan sama pangeran dan pada jam 12 teng kabur dari istana dan meninggalkan sepatu kaca. Si sepatu kaca diambil pangeran yang kemudian menggunakannya untuk mencari Cinderella ke seluruh pelosok negeri. Akhirnya ketemu, lalu menikah dan hidup happily ever after.
Ada yang aneh nggak dari kisah Cinderella ini? Nggak ada? Tandanya Anda kurang teliti. Satu kesimpulan yang saya dapat: Cinderella mungkin disiksa jadi upik abu, tapi dia BUKAN gadis MISKIN.
Lalu apa dong hubungannya dengan impian punya pacar kaya? Banyak!
Yuk coba kita telaah lagi. Mungkin sebelumnya Anda harus perhatikan dulu mengapa Cinderella bisa sampai ke istana. Dengar dari mana dia kalau di istana ada pesta dansa? Tentu dari undangan yang disampaikan kepada ibu tirinya. Mengapa ibu tirinya diundang? Sudah jelas, istana kerajaan mana pun takkan mengundang sembarang orang untuk acara-acara internalnya. Di cerita disebutkan itu “pesta dansa”, bukan “pesta rakyat”. Jadi, jelas bahwa acara itu diperuntukkan untuk kaum terpandang. Cinderella adalah gadis dari kaum terpandang yang tersisih di rumahnya sendiri akibat ibu tirinya yang kejam dan nggak mau mengakui bahwa Cinderella adalah anaknya.
Get it now?
Cinderella adalah gadis terpandang, maka keluarganya diundang oleh istana. Coba jika Cinderella pedagang jengkol di pasar, apakah ia akan tetap nekat datang ke istana? Rasanya tidak, kecuali di istana digelar pesta rakyat, dan mungkin saja di sana ia akan berjumpa dengan pria menawan yang mungkin profesinya adalah…
…jualan bandrek.
Tanpa mengecilkan profesi penjual bandrek di seluruh jagad raya, poin saya adalah: dalam percintaan si kaya akan sulit bergaul dengan si miskin karena faktor kasta yang sialnya masih berlaku sampai detik era digital ini walau makin kabur kelihatannya. Jadi, masih relevankah “usaha mencari suami kaya” yang sering disarankan secara asal oleh teman-teman kita?
Kayaknya enggak ya.
Perempuan adalah mahluk yang dikaruniai Tuhan kemampuan untuk berpikir (kadang terlalu) panjang. Tapi dalam hal mencari jodoh, kadang kemampuan ini seolah menghilang ditelan tatapan teduh seorang lelaki. Nggak menyalahkan sih, cuma mau mengingatkan saja agar gelimang harta dan kuasa itu tak menjadi distraksi kita dalam mencari pasangan hidup. Terutama bila kita punya latar belakang sosial ekonomi yang biasa-biasa saja. Walau pendidikan kita luar biasa tinggi, pengetahuan kita luar biasa luas, masuk ke lingkungan borjuis itu cerita berbeda.
Dalam mencari pasangan, jelas yang dicari adalah kecocokan. Cocok pemikiran, cocok keyakinan dan cocok pendidikan adalah hal yang biasanya dicari lebih dahulu oleh siapa saja. Namun cocok latar belakang ekonomi dan sosial hendaknya juga menjadi pertimbangan. Merasa out of place sekali dua kali tak masalah, tapi siapkah Anda menghadapinya seumur hidup? Barang mahal mudah dibeli, namun attitude mahal agak susah dicari. There are things that you can buy but there are also stuff you have to be born with.
“Kaya” itu bukan sekadar materi, lho.
Menjalin hubungan dengan mereka yang kelas sosialnya jauh di atas kita awalnya memang terasa menyenangkan. Siapalah yang nggak terpesona edan-edanan jika diajak makan di restoran-restoran mahal atau naik mobil mewah yang selama ini hanya jadi impian. Namun apa yang terjadi saat bertemu dengan calon mertua dan keluarga besarnya? Semua akan bertanya siapa kita, apa pekerjaan orangtua kita, dan tak cukup sampai di situ…
…semua gerak gerik kita akan diawasi dengan ketat.
Cara bicara kita, cara tertawa kita, berapa bahasa asing yang kita kuasai, pendidikan kita, pandangan politik kita bahkan alamat rumah kita… mungkin bukan hal-hal penting menurut kita di dalam hubungan cinta. Namun di kalangan kasta tinggi, hal ini amat menentukan masa depan kita.
Ini menjawab mengapa Cinderella mudah diterima keluarga kerajaan. Karena pada dasarnya, ia terlahir sebagai sosialita. Nilai plusnya, karena ia disiksa, ia menjadi sosialita yang ahli ngosek WC seperti kita-kita rakyat jelata ini.
Mungkin kedengaran amat shallow. Dangkal. Tak bermutu. Masa sih ada orang-orang seperti itu? Jawabannya: jika calon pasangan Anda orang kaya baru, mungkin perbedaan kasta ini tak terlalu jadi masalah karena status Anda akan sama seperti seluruh keluarganya yang lain: social climber. Namun jika ia old money atau orang kaya lama keturunan keluarga terpandang… waduh. Akan berat nampaknya perjalanan Anda mengimbanginya.
Lalu apakah saya harus berpura-pura kaya demi dia?
Jawabannya: tidak.
Keluarga-keluarga kaya yang berpendidikan tinggi amat sensitif jika sudah menyangkut para pemalsu jati diri. Jadilah diri sendiri, tapi pandai-pandailah menempatkan diri. Jika Anda merasa siap betul masuk ke lingkungan aristokrat, baik-baiklah menjaga sikap. Ketahuilah cara-cara untuk menghadapi mereka yang hendak mengambil untung dari hubungan Anda dengan sang kekasih. Milikilah ketahanan mental menghadapi pandangan ‘miring’ keluarga pasangan, dan buktikan bahwa walau tak sekaya mereka, Anda punya sesuatu yang menyebabkan putra mahkota mereka jatuh hati pada Anda. Jangan jadi benalu yang gemar memanfaatkan fasilitas.
You have to earn their respect.
Jadi, bisakah hubungan saya dengan si kaya berhasil?
Bisa, kalau Anda sungguh sayang dan cinta pada pasangan Anda hanya karena dia dan bukan karena hartanya.
Sebaliknya, jika Anda berada di posisi si kaya yang jatuh cinta pada si miskin atau si biasa-biasa saja, cobalah mengerti bahwa tak semua bisa dibeli dengan uang. Hormatilah pasangan Anda sebagaimana Anda ingin dihormati, dan bantu dia untuk menghadapi keluarga Anda yang (ngaku aja deh) banyak tuntutan dan banyak pertanyaan. Jujur saja padanya bahwa keluarga Anda akan bertanya banyak hal dan mengamatinya bagai mata-mata. Setidaknya, jika ia marah, Anda sudah jujur padanya.
Benar bahwa kita tak boleh berhenti bermimpi. Tapi kalau Anda tanya pendapat saya pribadi sih… agar mudah bagi semua orang, terutama bagi diri sendiri, mending mengutip lagu dangdut…
“Yang sedang-sedang sajaaa…”
:D
Thanks,
BRs//HRB
My Kost Kp. 200 West Bekasi West Java, July 27. 2K12. 10:19pm
Copast From -Miund-