Humoris besar Amerika Serikat berdarah Yahudi, Sam Levinson,
menelanjangi kebodohan mereka yang anti-Semitik atau anti-Yahudi ketika dia
melontarkan pernyataan-pernyataannya yang tajam dan benar kepada musuh-musuh
Yahudi. "[Amerika Serikat adalah] suatu dunia yang bebas; Anda tidak perlu
menyukai orang Yahudi tapi kalau Anda tidak menyukai mereka, saran saya adalah
boikotlah beberapa produk orang Yahudi seperti tes Wasserman, digitalis yang
ditemukan Dr. Nuslin, insulin yang ditemukan Dr. Minofsky, hidrat kloral yang
ditemukan Dr. Litfreich, pil polio yang ditemukan Dr. Funk, streptomisin yang
ditemukan Dr. Waksman, pil polio yang ditemukan Dr. Sabin dan vaksin polio
[yang ditemukan] Dr. Salk.
"Silahkan, boikotlah. Konsistensi kemanusiaan
mengharuskan bahwa bangsaku mempersembahkan semua karunia ini bagi semua bangsa
di dunia. Konsistensi fanatik mengharuskan bahwa semua orang fanatik menerima
sifilis, diabetes, penyakit sawan, kekurangan gizi, difteria, kelumpuhan bayi,
dan tuberkulosis sebagai suatu masalah mendasar. Anda ingin menjadi orang gila?
Jadilah orang gila! Tapi saya mau katakan padamu, Anda tidak akan merasa
baik-baik sekali!"
Seandainya Levinson memperpanjang kebajikan-kebajikan orang
Yahudi bagi dunia, kaum anti-Semitik yang paling fanatik sekalipun bisa
"dipaksa" untuk menyadari mereka tidak mungkin hidup tanpa
karunia-karunia orang Yahudi Diaspora kepada dunia. Misalnya, tanpa pemikiran
Albert Einsten dan ilmuwan-ilmuwan Yahudi-AS lainnya yang berperan besar dalam
mengembangkan bom atom pertama di dunia di Amerika Serikat dalam PD II, bekas
Uni Soviet, RRC, India, Pakistan, dan - boleh jadi - Iran tidak mungkin
mengembangkan bom atom kemudian hari demi meningkatkan kekuatan militernya. Dan
tanpa menerima wahyu ilahi tentang Allah Yang Esa melalui Alkitab dan tanpa
kelahiran Yesus Kristus melalui keturunan mereka, orang Yahudi tidak akan
mewariskan ajaran-ajaran religius yang monoteistik, agung, dan universal dengan
dampak global melalui orang Kristen sebagai "Israel baru". Entah
Kristen entah tidak, musuh-musuh Yahudi yang menyadari sumbangan nyata orang
Yahudi kepada peradaban dunia bisa dibuat malu oleh ulahnya.
SEJARAH PENDERITAAN YAHUDI DIASPORA
Sepanjang sejarah keberadaan mereka, orang Yahudi Diaspora
berkali-kali mengalami kebencian dan ketakutan terhadap mereka dan menjadi
korban ketamakan akan kekuasaan oleh berbagai pihak. Itu semua diungkapkan
musuh-musuh Yahudi melalui perbudakan, pengusiran, penganiayaan, pembunuhan,
dan genosida.
Selama 400 tahun, mereka diperbudak dan dianiaya bangsa
Mesir kuno yang tidak lagi mengenal Yusuf. Penguasa baru Mesir kuno menunjukkan
rasa takut dan rasa benci pada pertambahan populasi umat Israel - secara
longgar, disebut juga sebagai orang Yahudi. Pertambahan penduduk umat Israel
dikuatirkan akan menurunkan jumlah populasi Mesir kuno dan menjadi ancaman
terhadap stabilitas kerajaan kuno itu. Agar ancaman ini dicegah, setiap anak
lelaki Iberani atau Israel harus dibunuh.
Tapi Yahweh bertindak tepat pada waktunya. Melalui Musa dan
Harun, Dia membebaskan umat-Nya sesudah mereka menderita di Mesir selama empat
abad. Keluarnya mereka dari Mesir diperkirakan terjadi tahun 1250 s.M.
Mereka ditawan dan diasingkan oleh Asiria kuno dan Babilonia
kuno. Sebagian penderitaan ini adalah hukuman Allah pada mereka karena
dosa-dosanya dan sebagian lagi karena kebencian pihak penakluk pada mereka dan
ketamakan akan kekuasaan dari para penguasa non-Yahudi itu.
Mereka hampir saja mengalami genosida seandainya Ratu Ester,
srikandi berdarah Yahudi Diaspora di kerajaan Media-Persia kuno, tidak ikut
berperan bersama Mordekhai, paman atau ayah angkatnya, untuk menyelamatkan umat
Israel di pengasingannya. Peranan mereka berdua yang didukung secara sah oleh
sang raja Media-Persia memampukan orang-orang Yahudi membunuh Haman, sang
Hitler zaman itu, bersama sepuluh anaknya dan sekitar 80.000 pengikut Haman di
seluruh kerajaan Media-Persia yang luasnya dari India sampai dengan Etiopia!
Jerman Nazi pimpinan Adolf Hitler melakukan genosida
terhadap sekitar 5-6 juta orang Yahudi Eropa atau sekitar sepertiga populasi
total Yahudi Diaspora selama PD II. Genosida ini didorong oleh kebencian Hitler
dan Nazi kepada mereka dan oleh ideologi gila tentang keunggulan rasial dari
kaum Arya impian Hitler atas bangsa-bangsa non-Arya, termasuk orang-orang
Yahudi Diaspora.
Sampai sekarang pun, mereka masih mengalami kebencian dari
berbagai bangsa atau kelompok masyarakat di dunia. Presiden Iran masa kini,
Ahmanidejad, mengancam akan menghapus Israel dari peta dunia karena masalah
Palestina yang belum beres. Kelompok-kelompok religius atau ideologis radikal
tertentu di manca negara masih mengungkapkan sikap anti-Yahudi terhadap mereka.
Selama lebih dari 3.000 tahun sejarahnya, orang Yahudi -
termasuk Yahudi Diaspora- sering tidak menikmati cintakasih, kebebasan, dan
damai sejahtera di antara bangsa-bangsa lain ketika mereka tinggal bersama
bangsa-bangsa itu. Mereka berkali-kali dianiaya, dikambinghitamkan, dibunuh,
dan diusir dari satu kawasan atau negara ke kawasan atau negara lain. Tanpa
tanah air sendiri, mereka berkali-kali mengembara dari satu tempat ke tempat
lain. Tidak heran mereka dijuluki "wandering Jews", orang-orang
Yahudi yang mengembara.
Entah tergolong fanatik entah tidak, mereka yang
anti-Semitik barangkali tidak menyadari kebenaran kata-kata Sam Levinson. Itu
bisa kita amati dari perilakunya. Sementara menghujat bangsa Israel di Timur
Tengah atau orang Yahudi di bagian lain dunia, mereka - sadar atau tidak -
memakai atau menikmati produk-produk Yahudi Diaspora.
Pengunjung supermarket yang anti-Yahudi berbelanja sambil
mendorong belanjaannya dalam kereta belanja. Puterinya yang gemar busana dan
kosmetik impor terkenal membeli baju rancangan Calvin Klein atau Ralph Lauren
dan kosmetik produksi Lauren.
Di luar, terjadi huru-hara. Ada ratusan orang yang unjuk
rasa menentang Israel dan orang Yahudi di mana saja. Sambil memakai jins Levi
atau jins lain yang diilhami jins Levi, kaum demonstran membakar bendera Israel
dan Amerika Serikat, sekutunya. Sementara menyaksikan pembakaran
bendera-bendera itu, wartawan-wartawan yang juga anti-Yahudi memakai jins
sambil memotret adegan itu entah dengan film-film berwarna atau dengan kamera
Polaroid.
Para pendukung yang tidak sempat ikut demonstrasi, menonton
laporan itu melalui Internet pada komputer Dell yang memakai mikroprosesor dari
Intel. Atau mereka menontonnya pada televisi. Ketika siaran itu selesai, mereka
terburu-buru pindah ke saluran televisi luar negeri untuk menikmati film-film
HBO favoritnya yang disutradarai Steven Spielberg atau film-film favorit lain
pada Asian Star Television atau film-film yang diproduksi MGM, Columbia
Pictures, Universal Studios, Paramount Pictures, 20th Century Fox, atau Warner
Brothers Pictures.
Yang lain yang senang menyanyi mencari hiburan ke ruang
karaoke komersial. Mereka membawakan lagu-lagu ciptaan atau yang dinyanyikan
Billy Joel, Elvis Presley, Barry Manilow, Barbra Streisand, Neil Diamond, Paul
Simon, dan Art Garfunkel.
Sebagian lagi yang anti-Yahudi tapi berpandangan modern
pergi menikmati dansa di diskotek. Diskotek itu memakai sinar laser untuk
menciptakan efek warna-warni yang mengesankan. Ratusan orang, entah anti-Yahudi
entah tidak, menikmati malam itu.
Tiba-tiba, diskotek itu diledakkan kaum teroris anti-Zionis
Israel dan anti-Amerika, pendukung utama Israel. Puluhan pengunjung tewas
seketika, ratusan terluka parah.
Mereka yang terluka parah buru-buru di antar ke PMI, dari yang
terdekat sampai dengan yang terjauh. PMI yang kekurangan donor darah segera
mendapat tanggapan ratusan pengunjung lain yang secara sukarela menyumbang
darahnya untuk sebagian korban yang masih hidup. Tapi ada sukarelawan yang
golongan darahnya belum diketahui. Karena itu, golongan darah mereka harus
diketahui dulu sebelum mereka boleh menyumbangkan darahnya.
Semua pihak yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa imajiner
tadi, entah mereka sadari entah tidak, memakai atau menikmati produk-produk
Yahudi Diaspora! Ini baru sebagian dari produk-produk mereka yang sudah dipakai
secara luas di dunia. Produk-produk itu mereka hasilkan melalui penerapan teori
atau hukum ilmiah dan teknologi, termasuk teknologi canggih.
Kita mengamati paradoks dari kebencian musuh-musuh Yahudi
terhadap orang-orang Yahudi di satu pihak dan penerimaan hasil akal budi Yahudi
dalam kehidupan sehari-hari mereka di pihak lain. Entah kita membenci orang
Yahudi entah tidak, kita sulit mengelak dari pengaruh signifikannya. Pengaruh
hebat itu ada dalam setiap bidang kemajuan kita. Betapa besarnya dampak dari
hasil akal budi orang Yahudi Diaspora bagi kehidupan kita!
KELOMPOK KECIL TAPI BERPENGARUH BESAR
Pengaruh besar mereka mencengangkan. Mereka berasal dari
suatu kelompok budaya yang kecil sekali jika dibanding dengan bangsa-bangsa
besar lain di dunia, semisal bangsa RRC, India, Amerika Serikat, Indonesia, dan
Rusia. Dibanding RRC dengan sekitar 1.3 miliar penduduk dan India dengan
sekitar 1.4 miliar penduduk, misalnya, mereka berjumlah sekitar 15 juta orang
di seluruh dunia, kurang dari seperempat dari satu persen penduduk dunia
sebesar sekitar 6 miliar orang. Tidak semua orang Yahudi Diaspora penganut
Yudaisme; karena itu, jumlah penganut agama Yahudi ini tentu lebih kecil.
Israel masa kini yang dihuni sekitar 6 juta orang Yahudi, sebagian besar adalah
Yahudi Diaspora yang kembali ke tanah leluhurnya, adalah suatu negara kecil.
Namun, orang Yahudi Diaspora menyumbang secara menonjol pada kemajuan dunia.
Misalnya, dari merekalah orang Kristen belajar tentang Allah
dan wahyu-Nya dalam Alkitab Perjanjian Lama. Dalam Alkitab Perjanjian Baru,
orang Kristen belajar juga tentang Yesus Kristus, para murid dan rasul-Nya -
hampir semuanya orang Yahudi zaman Roma kuno - yang menyebarkan agama Kristen
ke jajahan Roma kuno pada abad pertama Masehi. Berkat pengorbanan mereka,
Gereja Kristen sekarang berada di berbagai belahan dunia, dengan sekitar 2
miliar penganut atau sekitar sepertiga penduduk dunia masa kini. Ini
mengakibatkan agama Kristen menjadi agama dengan penganut paling banyak di
dunia. Penyebaran agama Kristen ke seluruh dunia ikut menyebarkan juga banyak
berkat bagi bangsa-bangsa lain.
Baik orang-orang Yahudi yang beremigrasi ke Israel maupun
orang-orang Yahudi Diaspora lainnya punya sejarah penyerakan yang panjang ke
seluruh penjuru dunia. Lebih dari 2.700 tahun yang lalu, kerajaan Asiria kuno
menaklukkan Samaria (tahun 722 s.M.), ibu kota Israel kuno, dan mengusir 27.000
penduduknya; sekitar 2.600 tahun yang lalu, kerajaan Babilonia kuno menawan dan
mengasingkan penduduk kerajaan Yehuda di selatan Israel kuno dari tanah
leluhurnya (pada tahun 597 dan 586 s.M.). Sebagian kecil dari mereka di
Babilonia kuno - kemudian dikuasai kerajaan Media-Persia - kemudian diizinkan
kembali ke Israel kuno, tapi sebagian besar hilang identitasnya, tetap tinggal
di Babilonia kuno atau merantau ke Timur sejauh China, Jepang, dan bahkan ke
suatu kawasan di Sumatera sebagai penginjil. Pada masa kekaisaran Roma kuno,
jumlah total orang Yahudi di dalam dan di luar kekaisaran itu antara 7 dan 8
juta orang; sekitar 75 persen dari mereka tinggal di luar kekaisaran itu,
termasuk di Babilonia kuno dan Mesir kuno. Ketika Kaisar Roma kuno, Vespasian,
dan puteranya, Titus, menghancurkan Yerusalem pada tahun 66 Masehi dan 72
Masehi, orang-orang Yahudi di kota itu ditawan dan diserak-serakkan dengan
paksa ke berbagai penjuru kekaisaran itu.
Masa penyerakan atau penyebaran orang-orang Yahudi zaman
kuno itu dikenal dengan istilah Diaspora dan Galut. Diaspora mengacu pada
penyerakan mereka oleh Asiria kuno, Babilonia kuno, dan kemudian oleh berbagai
bangsa lain di Eropa, Afrika Utara, dan Asia keempat benua: Asia, Eropa, Afrika,
dan Amerika. Galut mengacu pada penyerakan mereka secara paksa oleh Roma kuno
zaman Vespasian dan Titus.
Akan tetapi, dalam sejarah perantauan orang Yahudi,
Diasporalah yang lebih dikenal. Orang-orang Yahudi perantauan lalu dikenal
sebagai Yahudi Diaspora.
Karena pengaruh sejarah Diaspora, kita mengenal masa kini
tiga penggolongan utama orang Yahudi sedunia. Pertama, orang-orang Yahudi
Ashkenazi; kedua, orang-orang Yahudi Sefardik; dan, ketiga, orang-orang Yahudi
Mirzahi.
Kata Ashkenazi mengacu pada Ashkenaz. Ini suatu istilah
alkitabiah yang bisa ditemukan dalam Kitab Kejadian 10:3, 1 Tawarikh 1:6, dan
Yeremiah 51:27. Nama ini menunjukkan kawasan yang dihuni orang-orang Yahudi
Eropa bagian baratlaut - kawasan Perancis bagian utara dan kawasan-kawasan
Jerman - sejak Abad Pertengahan di Eropa (antara abad ke-5 dan ke-15 Masehi).
Masa kini, istilah Ashkenazi punya arti yang lebih kaya. Ia
mengacu pada semua warisan budaya, sosial, dan religius Yahudi yang berasal
dari kawasan Eropa bagian baratlaut dan kemudian tersebar ke Polandia,
Lithuania, dan Eropa bagian Timur. Orang Yahudi Ashkenazi yang tinggal di
kawasan Uni Soviet yang lain atau yang beremigrasi dari sini ke Amerika
Serikat, Inggris, Kanada, Australia, dan Selandia Baru jelas tergolong pada
Yahudi Ashkenazi. Sekitar 95 persen orang Yahudi AS adalah Ashkenazi.
Yahudi Sefardik adalah golongan Yahudi yang tinggal di
Spanyol atau Portugal sebelum mereka diusir dari sana tahun 1492. Keturunan
mereka disebut Yahudi Sefardik. Nama ini berasal dari kata Sefardim, suatu kata
yang ada juga dalam Alkitab, yaitu, Obaja 1:20.
Golongan Yahudi Mirzahi dan keturunannya berasal dari Afrika
dan Asia. Kelompok etnik yang disebut Kaum Falasha di Etopia adalah keturunan
Yahudi hitam. Mereka dipercaya adalah keturunan Ratu Syeba dari Etiopia kuno
dari hasil perkawinannya dengan Salomo, salah seorang raja Israel kuno.
Sebagian besar sudah dipindahkan ke Israel dan menjadi warga negara di sana.
Sudah ditemukan juga, terutama dalam abad ke-20, keturunan-keturunan Yahudi
Diaspora lain di Asia Timur, seperti di India, China, dan Jepang. Ada di antara
keturunan ini yang pindah tinggal di Israel.
Di manakah kita bisa bertemu dengan ketiga golongan Yahudi
Diaspora ini? Tempat yang paling gampang untuk bertemu dengan mereka adalah
Israel masa kini. Selain itu, orang-orang Yahudi dari ketiga golongan itu bisa
kita jumpai di Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Australia, Selandia Baru,
Eropa bagian Barat dan Timur, Rusia, Amerika Tengah dan Selatan, Afrika Utara,
Afrika Selatan, India, China, Jepang, dan berbagai kawasan lain di Asia Timur.
LEBIH DARI SEKEDAR PENYERAKAN
Diaspora sebenarnya lebih dari sekadar penyerakan. Max I.
Dimont, seorang penulis terkenal tentang orang-orang Yahudi, menjelaskan:
"Diaspora adalah suatu cara hidup dan sekaligus suatu konsep intelektual,
suatu kondisi berada dan suatu keadaan akal budi."
Diaspora sesungguhnya bagi orang Yahudi mulai dengan
penaklukan Babilonia kuno oleh kerajaan Media-Persia kuno (538 s.M.). Ketika
penguasa Media-Persia mengizinkan orang-orang Yahudi kembali ke tanah
leluhurnya, kebanyakan tidak kembali kekampung halamannya tapi memilih untuk
tetap tinggal di tempat mereka berada. Pengasingan orang-orang Yahudi di
Babilonia kuno sebelum kemenangan Media-Persia bersifat tidak sukarela karena
dipertahankan dengan kekuatan oleh Babilonia kuno. Akan tetapi, tinggalnya
mereka di Babilonia sesudah pembebasan oleh Media-Persia bersifat sukarela.
Jadi, sebelum menikmati kebebasan itu, orang-orang Yahudi di Babilonia kuno
adalah orang-orang "asing", tapi sesudah pembebasan, mereka kemudian
hidup dalam Diaspora.
Ada perbedaan mendasar yang lain antara konsep
"pengasingan" dan "Diaspora". Bangsa-bangsa lain yang
diasingkan tidak menghasilkan kebudayaan; mereka berangsur-angsur punah melalui
asimilasi atau mengalami kemacetan dalam perkembangannya dan mundur menjadi
bangsa pengembara. Orang-orang Yahudi adalah kekecualian. Diasporanya
menghasilkan kebudayaan-kebudayaan Yahudi yang baru. Inti dalam setiap
kebudayaan Diaspora tetap khas Yahudi; akan tetapi, setiap kebudayaan itu
mengambil ciri-ciri dominan dari peradaban tumpangannya. Apa pun juga wadah
setiap kebudayaan Diaspora, kebudayaan itu - entah dalam peradaban Yunani kuno,
Arab, Eropa modern atau entah Amerika Serikat - selalu tentang Yehovah dan
monoteisme.
Ketika suatu peradaban menjadi filsafati, seperti peradaban
Yunani kuno, orang-orang Yahudi Diaspora menjadi filsuf-filsuf. Ketika
peradaban Arab Islam didominasi para penyair dan matematikawan, orang-orang
Yahudi dalam peradaban itu menjadi penyair dan matematikawan. Ketika peradaban
menjadi ilmiah dan abstrak, seperti peradaban Eropa modern, orang-orang Yahudi
Diaspora di Eropa modern menjadi ilmuwan dan ahli-ahli teori. Ketika peradaban
Amerika Serikat menjadi pragmatis dan kekotaan, orang-orang Yahudi Diaspora
dalam peradaban itu menjadi pragmatis dan kekotaan.
Ada waktunya mereka tidak mengambil ciri-ciri dominan dari
peradaban tumpangannya. "Hanya ketika suatu kebudayaan atau peradaban
melawan monoteisme sebagai etika mendasar dari orang-orang Yahudi barulah
mereka tidak mampu beradaptasi atau diadaptasi ke dalam kebudayaan atau
peradaban itu," Dimont menyatakan.
Dengan mempertimbangkan dua kecenderungan orang-orang Yahudi
Diaspora tadi demi ketahanan hidup mereka, Max I. Dimont datang pada suatu
kesimpulan. "Orang-orang Yahudi menjadi bagian dari, namun berbeda dengan,
peradaban yang di dalamnya mereka hidup."
Di dalam pelbagai peradaban itulah orang-orang Yahudi
Diaspora memberi dampaknya dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Dampak itu
bersifat lokal dan regional, nasional dan internasional, kontinental dan
global.
MEWUJUDKAN IMPIAN ZIONISME
Gerakan Zionisme akhir abad ke-19 bertujuan untuk mendirikan
Negara Israel di Timur Tengah. Sebagai akibatnya, orang-orang Yahudi Diaspora
berdatangan secara bergelombang ke Palestina dan mendirikan Negara Israel tahun
1948. Sejak itu, makin banyak dari mereka berdatangan dari berbagai penjuru
dunia, termasuk sekitar satu juta imigran dari Rusia dan bekas Uni Soviet.
Sebelum mereka datang ke Palestina di akhir abad ke-19,
siapakah yang mendiami Palestina? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu
mundur ke zaman orang-orang Israel di Samaria kuno dan orang-orang kerajaan
Yehuda di Israel kuno bagian selatan diasingkan sekitar 2600 dan 2700 tahun
yang lalu.
Sesudah Salomo (raja ketiga kerajaan Israel kuno antara
sekitar tahun 962 dan 922 s.M.) wafat, kerajaan Israel yang bersatu selama
sekitar 120 tahun sejak Saul menjadi rajanya yang pertama pecah menjadi dua
bagian. Sepuluh suku yang lebih tua memisahkan diri dan mendirikan kerajaan
Israel dibagian utara dengan Samaria sebagai ibu kotanya. Dua suku bungsu
membentuk kerajaan Yehuda di bagian selatan dengan Yerusalem sebagai ibu
kotanya.
Pokok perpecahan? Penolakan kesepuluh suku di utara terhadap
usul kenaikan pajak yang dikenakan Rehabeam, putera Salomo yang menggantikan
ayahnya sebagai raja baru Israel (sekitar 926-910 s.M.). Rehabeam tidak
menggubris suara rakyatnya dari utara dan malah menaikkan tarif pajak untuk
mereka. Perselisihan antara selatan dan utara karena masalah tarif pajak tidak
terpecahkan. Akhirnya, kesepuluh suku di utara memisahkan diri tahun 924 s.M.
dan mendirikan kerajaan Israel dengan Yerobeam (922-901 s.M.) sebagai rajanya
yang pertama.
Sekitar 200 tahun kemudian, 27.000 penduduk Samaria di utara
diasingkan oleh bangsa Asiria kuno. Penguasa Asiria lalu mendatangkan
bermacam-macam orang asing sebagai transmigran yang tinggal di Samaria sambil
mempraktekkan agamanya sendiri. Agama-agama itu kemudian dicampuradukkan dengan
penyembahan kepada Yahweh. Sekitar 340 tahun sesudah perpecahan kerajaan
Israel, kedua suku di selatan yang membentuk kerajaan Yehuda diasingkan ke
Babilonia kuno. Meskipun demikian, para penakluk dari Asiria dan Babilonia kuno
meninggalkan sebagian orang Israel di tanah airnya. Ketika kerajaan Persia kuno
yang menaklukkan Babilonia kuno mengizinkan mereka dari bekas kerajaan Yahuda
kembali ke tanah leluhurnya, hanya sebagian saja yang pulang.
Pada masa kekuasaan kekaisaran Roma kuno (antara sekitar 753
s.M. dan 476 M), orang-orang Yahudi di Palestina mengadakan pemberontakan
terhadap penjajahnya antara tahun 66 dan 135 Masehi. Sebagai akibatnya,
kekaisaran itu mengasingkan mereka dari Yerusalem dan Yudea, nama zaman
Perjanjian Baru untuk Yehuda atau Palestina. Meskipun demikian, ada sekelompok
kecil orang Yahudi yang tinggal di Palestina. Tapi menjelang abad ke-6 Masehi,
orang-orang Yahudi menjadi golongan minoritas di Palestina.
Ketika Palestina ditaklukkan bangsa Arab, jumlah orang-orang
Yahudi makin merosot. Pada abad ke-11 Masehi, terjadi rangkaian Perang Salib di
Palestina. Hanya beberapa ribu orang Yahudi yang tinggal di sana. Sebagian
besar hidup dalam Diaspora di luar tanah leluhurnya.
Mempertimbangkan penderitaan selama berabad-abad dari orang
Yahudi di perantauannya, timbullah kerinduan untuk kembali ke tanah leluhurnya
di Timur Tengah. Ada kerinduan untuk mendirikan suatu negara bagi orang Yahudi
agar mereka dapat hidup tenteram dan bisa memiliki kemerdekaan dan kedaulatan
untuk mengurus dirinya sendiri. Ini suatu impian, suatu cita-cita, politik dan
budaya.
Timbullah Zionisme, suatu gerakan politik dan budaya yang
ingin mendirikan kembali negara kebangsaan Yahudi di Palestina. Lalu, Kongres
Zionis Sedunia Pertama diadakan 1897. Kongres ini memainkan suatu peranan
penting dalam mendirikan Negara Israel tahun 1948.
Sebagai akibat gerakan Zionisme tadi, orang-orang Yahudi
Diaspora dari berbagai penjuru dunia mulai berdatangan ke Palestina. Pada tahun
1948, mereka berperan dalam mendirikan dan membela Negara Israel modern.
Meskipun jutaan orang Yahudi Diaspora berimigrasi ke Israel, banyak di
antaranya masih tinggal di luar Israel.
Jadi, sejak diasingkan oleh Asiria kuno dan Babilonia kuno,
Tanah Israel - berubah-ubah nama dan kepemilikan selama lebih dari 2700 tahun -
tetap dihuni sisa-sisa orang Israel. Jumlah mereka meningkat secara signifikan
melalui imigrasi sesudah akhir abad ke-19, zaman kerinduan mereka untuk
memiliki dan mengurus kembali tanah leluhurnya diperkuat oleh gerakan Zionisme
dan penderitaan mereka, terutama selama PD II.
KETAHANAN HIDUPNYA LUAR BIASA
Sejarah hidup, perjuangan, dan ketahanan hidup orang-orang
Yahudi bisa ditelusuri ke zaman Mesir kuno. Meskipun mereka mengalami
penderitaan dan penganiayaan, diusir dari satu negara atau bangsa ke negara
atau bangsa lain, dikucilkan dari pegaulan umum di negara tumpangannya,
dimusuhi, dan terancam ketahanan hidupnya melalui genosida, mereka secara luar
biasa bertahan hidup dan tetap memberi dampak globalnya!
Apa rahasia pengaruh hebat orang Yahudi Diaspora pada dunia?
Bisakah kita mengetahui rahasia itu dan belajar dari mereka? Rangkaian tulisan
tentang topik ini, Belajar dari Yahudi Diaspora, akan berusaha menjawab
pertanyaan ini dan pertanyaan-pertanyaan lain.
Best Regards,
Hansen R. Balik, S.T
"My Kost"
Bekasi West Java, Nov. 27, 2K12. 1:28 AM